BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dewasa ini
kita mengetahui bahwa maritime berhubungan dengan laut. Dimana segala
sesuatunya dibahas tentang al positif dan negative yang terjadi dalam dunia
maritim. Maritim merujuk kepada kata maritime yang berasal dari
bahasa Inggris yang berarti navigasi atau maritim.Pemahaman maritim yaitu
segala aktifitas pelayaran dan perniagaan yang berhubungan dengan kelautan atau
biasa disebut dengan pelayaran niaga. Berdasarkan terminologi maritim berarti
ruang/wilayah permukaan laut yang terdapat kegiatan seperti pelayaran, lalu
lintas, jasa-jasa kelautan, dan lain sebagainya.
Kemaritiman menjadi sangat penting bagi kelanjutan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia. Sebagaimana
diketahui, dua periga atau 63% wilayah Indonesia adalah laut, dengan panjang
81.000 Km. Laut merupakan potensisumber daya maritim yang sangat kaya. Sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8
juta km² yang terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,1 juta km² dan wilayah
ZEEI 2,7 juta km², mempunyai 17.480 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang
95.181 km. Dengan potensi yang sedemikian besar, secara otomatis terkandung
keanekaragaman sumberdaya alam laut baik hayati maupun non hayati menjadikan
sektor kelautan sebagai penunjang perekonomian penting bagi Indonesia.
Mengenai pembahasan diatas, memicu pemahaman saya untuk mengangkat
masalah yang berhubungan tentang wawasan kemaritiman yang berhungan dengan
permasalahan secara umum yang kita lihat di wilayah Indonesia maritim.
B.
RUMUSAN MASALAH
adapun rumusan masalah dari makalah
ini adalah :
1. Bagaimana peradaban maritim?
2. Bagaimana kemiskinan yang terjadi pada
masyarakat pesisir?
3. Mengapa nelayan tradisional terpinggirkan?
4. Bagaimana ekonomi maritime yang dikuasai oleh
Negara asing?
5. Menapa sistem logistik masih lemah?
C.
TUJUAN PENULISAN
tujuan dari penulisan makalah ini,
yaitu untuk mengetahui : peradaban maritim, kemiskinan yang terjadi pada
masyarakat pesisir, nelayang tradisional bisa terpinggirkan, ekonomi maritime
yang dikuasai oleh Negara asing, dan sistem logistik yang masih lemah.
D.
MANFAAT PENULISAN
Manfaat
yang dapat dipetik dalam makalah ini yaitu, dapat memberikan wawasan lebih
kepada pembaca tentang kemaritiman, terkhusus di Indonesia. Dimana kita ketahui
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan potensi alam. Selain itu, mendorong
kesadaran kita bahwa kita merupakan generasi berikutnya yang harus melanjutkan
perjuangan para tokoh terdahulu yang memperjuangkan wilayah maritime.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peradaban maritim di Indonesia
Indonesia memiliki potensi alam yang luas. Pemanfaatan yang dilakukan
pada alam sangatlah beragam. Kita ketahui bahwa Indonesia dominan dengan
lautnya. Sehingga inilah yang mendorong banyak pihak untuk menggunakannya
sebagai kebutuhan ekonomi. Dahulu kita telah mengenal beberapa sektor
ekonomi kelautan secara tradisional antara lain penangkapan ikan, pelayaran
rakyat, industri pengolahan hasil laut dan wisata bahari. Belakangan ini telah
berkembang industri baru yang berbasis eksploitasi sumber daya kelautan yakni
produksi gas alam dan petroleum, budidaya kelautan, perikanan tangkap, dan
pariwisata kelautan.
Hadirnya
era globalisasi yang memperluas jaringan perdagangan baik nasional maupun
internasional menjadikan sektor maritim Indonesia semakin terbuka lebar untuk
dimanfaatkan bagi peningkatan perekonomian masyarakat antara lain melalui
sektor perkapalan dan jasa pelabuhan sehingga dapat menciptakan kesejaheraan
bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan sesuai dengan amanat yang
tercantum pada Pembukaan UUD 1945. Perkembangan kehidupan masyarakat dulunya
berawal aktifitas umum masyarakat yang tinggal di pesisir pantai untuk
mempertahankan hidup dengan mencari ikan, kura-kura, atau penyu untuk dimakan.
Seiring berkembangnya waktu, kegiatan itu menjadi sumber perekonomian mereka.
Indonesia dikenal dengan negara Maritim dan yang dimaksud dengan negara
Maritim adalah Negara yang daerah teritorial lautnya lebih luas daripada daerah
teritorial daratnya dengan kata lain Negara Maritim adalah negara yang
menyandang predikat Negara Kepulauan. Kenapa Indonesia disebut sebagai negara
maritim hal ini dikarenakan Negara Indonesia merupakan negara Kepualauan dan
2/3 wilayah Indonesia merupakan lautan dan 1/3 -nya merupakan daerah daratan.
Konsekuensi menyandang predikat sebagai negara maritim adalah Indonesia
harus mengembangkan aktifitas pelayarannya, hal ini karena salah satu penunjang
perekonomian Indonesia adalah sektor pelayaran, ini juga didukung oleh letak
strategis Negara Indonesia yang berada di daerah persilangan dunia yang juga
membuat indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan laut.
Dalam mengolah dan membangun sumberdaya maritim tersebut diperlukan adanya
kearifan lokal. Disini kearifan lokal diartikan sebagai kebijaksanaan atau
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat alam rangka mengelola lingkungan, yaitu
pengetahuan yang melahirkan perilaku hasil adaptasi mereka terhadap lingkungan,
yang implikasinya adalah kelestarian dan kelangsungan lingkungan untuk jangka
panjang.
Dalam kearifan lokal terkandung pula kebudayaan lokal, hal ini
menyebabkan pembangunan pada daerah-daerah tidak boleh menghilangkan unsur
budaya dari daerah tersebut. Seharusnya pembangunan di suatu daerah harus
melihat terlebih dahulu kondisi sosial-budayanya, sehingga dapat mengolah
sumber daya dengan baik tanpa merugikan penduduk yang pada akhirnya akan
memajukan perekonomian daerah dan nasional.
Indonesia seperti yang telah dijelaskan merupakan negara kemaritiman,
dimana kondisi Indonesia yang lebih banyak daerah perairan dari pada daerah
daratan. Kondisi inilah yang membentuk budaya indonesia menjadi budaya yang
lebih merujuk pada budaya kemaritiman, yang masyarakat lebih banyak berprofesi
sebagai nelayan pada daerah pesisir.
Budaya Indonesia sebagai budaya kemaritiman, maka pembangunan yang
dilaksanakan di indonesia haruslah berparadigma kemaritiman, dimana maritim
menjadi pusat pembangunan bangsa. Hal ini dapat diwujudkan melalui pembangunan
berkelanjutan kemaritiman yang dirancang oleh pemerintahan seperti; penangkapan
ikan alami; pelestarian daerah pesisir, pengolahan energi alam di bawah laut
menggunakan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), dan penangkaran/
pelestarian biota laut yang dianggap punah, dan membangun pariwisata bahari.
Namun pada kenyataannya banyak penelitian yang mengungkapkan perilaku
penangkapan ikan pada zaman modern lebih senang menangkap ikan menggunakan
peralatan yang dapat menyebabkan kerusakan pada kelestarian biota laut, seperti
contohnya Bom yang digunakan oleh para nelayan memiliki efek destruktif pada
kehidupan bawah laut, hal ini disebabkan bom tersebut mengandung zat kimia yang
dapat melumpuhkan biota-biota laut.
Keadaan dan Masalah Maritim Indonesia
Bangsa Indonesia melahirkan Wawasan Nusantara.Pandangan itu adalah satu
konsepsi geopolitik dan geostrategi yang menyatakan bahwa Kepulauan Nusantara
yang meliputi seluruh wilayah daratan, lautan dan ruang angkasa di atasnya
beserta seluruh penduduknya adalah satu kesatuan politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan-keamanan.Agar bangsa Indonesia mencapai tujuan
perjuangannya, yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara harus diaktualisasikan dan tidak
tinggal sebagai semboyan atau potensi belaka.
Untuk
memperoleh aktualisasi Wawasan Nusantara ada tiga kendala utama, yaitu :
1. Indonesia belum menjalankan
manajemen nasional yang memungkinkan perkembangan seluruh bagian dari Benua
Maritim itu. Terdahulu bangsa Indonesia menggunakan pemerintahan sentralisasi
yang ketat mengakibatkan sebagian wilayah-wilayah tertentu mengalami
perkembangan yang pesat dibanding wilayah lain. Kalau sikap demikian tidak
segera berubah maka tidak mustahil kerawanan nasional seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya, dapat menjadi kenyataan yang menyedihkan. Rakyat diluar
wilayah tersebut akan mendeerita. Apalagi melihat kondisi dunia yang sedang
bergulat dalam persaingan ekonomi dan menggunakan segala cara untuk unggul dan
memenangkan persaingan itu.
2. Mayoritas bangsa Indonesia lebih
berorientasi kepada daratan saja dan kurang dekat kepada lautan. Dalam zaman
dulu sampai masa kerajaan Majapahit dan Demak mayoritas rakyat Jawa adalah
pelaut. Akan tetapi sejak sirnanya kerajaan Majapahit dan Demak rakyat Jawa
telah menjadi manusia daratan belaka yang mengabaikan lautan yang ada di
sekitar pulaunya. Titik berat kehidupan adalah sebagai petani tanpa ada
perimbangan sebagai pelaut. Juga dalam konsumsi makanannya ikan dan hasil laut
lainnya tidak mempunyai peran penting. Gambaran rakyat Jawa itu juga terlihat
pada keseluruhan rakyat Indonesia, yaitu orientasi ke daratan jauh lebih besar
ketimbang ke lautan. Gambaran keadaan umum rakyat Indonesia amat bertentangan dengan
kenyataan bahwa luas daratan nasional adalah sekitar 1,9 juta kilometer
persegi, sedangkan wilayah perairan adalah sekitar 3 juta kilometer persegi.
Apalagi kalau ditambah dengan zone ekonomi eksklusif yang masuk wewenang
Indonesia. Selama pandangan mayoritas rakyat Indonesia terhadap lautan belum
berubah, bagian amat besar dari potensi nasional tidak terjamah dan karena itu
kurang sekali berperan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Malahan yang
lebih banyak memanfaatkan adalah bangsa lain yang memasuki wilayah lautan
Indonesia untuk mengambil kekayaannya.
3. kurangnya pemanfaatan ruang angkasa
di atas wilayah Nusantara untuk kepentingan nasional, khususnya pemantapan
kebudayaan nasional. Mayoritas rakyat Indonesia belum cukup menyadari perubahan
besar yang terjadi dalam umat manusia sebagai akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perubahan besar itu terutama menyangkut teknologi
angkutan dan komunikasi. Khususnya komunikasi elektronika sekarang memungkinkan
manusia berhubungan dengan cepat dan tepat melalui telpon, televisi, komputer
yang menghasilkan E-Mail dan Internet. Letak kepulauan Nusantara sepanjang
khatulistiwa amat menguntungkan untuk penempatan satelit yang memungkinkan
komunikasi yang makin canggih dengan memanfaatkan ruang angkasa yang terbentang
di atas wilayah Nusantara.. Ini sangat penting untuk pembangunan dan pemantapan
kebudayaan nasional, khususnya melalui televisi. Namun untuk itu diperlukan
biaya yang memadai.
Pembangunan maritim memerlukan sistem pengelolaan terpadu wilayah
pesisir dan lautan. Dalam pengelolaan ini berbagai masalah akan muncul,
berbagai konflik akan terjadi yang disebabkan oleh adanya degradasi mutu dan
fungsi lingkungan hidup yang antara lain disebabkan karena musnahnya hutan
bakau, rusaknya terumbu karang, abrasi pantai, intrusi air lautm pencemaran
lingkungan pesisir dan laut serta perubahan iklim global. Berbagai masalah
berakar dari:
1. Masing – masing pelaku pembangunan dalam
menyusun perencanaan sangat terikat pada sektornya sendiri tanpa adanya
sistem koordinasi baku lintas sektor.
2. Belum adanya lembaga yang berwenang penuh baik
di pusat maupun di daerah yang mempunyai wewenang penentu dalam pembangunan
maritim secara utuh
3. Belum lengkapnya peraturan perundang-undangan yang mengatur kewenangan
pengelolaan sumberdaya maritim.
4. Belum lengkapnya tataruang yang mencakup
wilayah pesisir dan laut nasional yang dapat dijadikan sebagai induk
perencanaan bagi daerah.
Untuk
dapat menjamin efektifitas pembangunan maritim, berbagai masalah tersebut harus
dapat diatasi secara tuntas, paling tidak yang terkait dengan:
a. Penataaan peraturan perundang-undangan dalam
pengelolaan pembangunan maritim yang bersifat lintas sektoral
b. Pembentukan
wadah untuk penyusunan dan penerapan mekanisme perencanaan dan
pengawasan terpadu, pengelolaan yang dikoordinasikan serta pengendalian yang
sinkron
c. Penciptaan dan peningkatan sumberdaya maritim
handal dan profesional.
d. Penataan peraturan perundang- undangan disertai
upaya penegakan peraturan hukum yang konsisten
e. Penetapan tata ruang maritim disertai pola
pengelolaan, pemanfaatan dan pendaya gunaannya.
f. Sistem pengumpulan dan pengelolaan
informasi maritim yang dapat diakses secara luas.
g. Memperbesar kemampuan pengadaan sumber dana
yang dapat diserap dalam upaya pembangunan maritim dengan kemudahannya
h. Pembentukan wadah untuk menyuburkan upaya
penelitian dan pengembangan maritim untuk dapat mempermudah penera
B.
Kondisi Masyarakat Pesisir
Besarnya potensi kelautan tersebut ternyata tidak diikuti oleh
kesejahteraan masyarakat nelayan.Hal ini terlihat dimana kondisi sosial ekonomi
nelayan kita sangat jauh berbeda dengan potensi sumberdaya alamnya. Hal ini
dibuktikan dengan masih rendahnya sumbangan sektor kelautan selama Pelita VI
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional yaitu 12,1% dengan laju
pertumbuhan 3,8% jauh di bawah laju pertumbuhan rata-rata seluruh sektor
sebesar 7,4% (Waspada, 18 Maret 2000).
Nelayan adalah suatu fenomena sosial yang sampai saat ini masih
merupakan tema yang sangat menarik untuk didiskusikan.Membicarakan nelayan
hampir pasti isu yang selalu muncul adalah masyarakat yang marjinal, miskin dan
menjadi sasaran eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun politik.
Kemiskinan yang selalu menjadi “trade mark” bagi nelayan dalam beberapa hal
dapat dibenarkan dengan beberapa fakta seperti kondisi pemukiman yang kumuh,
tingkat pendapatan dan pendidikan yang rendah,
rentannya mereka terhadap perubahan-perubahan sosial, politik, dan
ekonomi yang melanda, dan ketidakberdayaan mereka terhadap intervensi pemodal,
dan penguasa yang datang.
Menurut Mubyarto dkk, kemiskinan nelayan lebih banyak disebabkan oleh
adanya tekanan struktur, yaitu nelayan kaya/penguasa yang menekan nelayan
miskin. Hampir sama dengan asumsi yang dibangun oleh Mubyarto tentang pengaruh
struktur, Resusun (1985) juga menemukan data bahwa nelayan di Pulau Sembilan,
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, ada satu kelompok nelayan yang hidupnya
tidak berkecukupan, yaitu nelayan yang tidak punya modal (nelayan kecil), dan
mereka selalu diekspoitasi oleh nelayan yang punya modal (punggawa) dan
pedagang (pa’bilolo) yaitu sawi bagang
atau Pa’bagang atau pembantu utama
punggawa dalam menangani kegiatan operasi penangkapan ikan. Penelitian yang dilakukan oleh Resusun di
atas juga menunjukkan adanya struktur hubungan sosial yang khas pada masyarakat
nelayan.Hubungan itu adalah adanya ketidak seimbangan antara yang mempunyai modal
usaha dan para pekerjanya. Hubungan itu
adalah antara
punggawasawi/pa’bagang yang
bersifat timbal balik (reprocity). Walaupun sawi perlu sang punggawa sebagai sumber lapangan kerja,
punggawa juga memerlukan tenaga sawi. Seorang
punggawa akan berusaha supaya
sawi yang dipercayai menetap diusahanya. Akibatnya terjadi hubungan yang
selalu merugikan sawi. Karena seringkali
kerelaan punggawa untuk meminjamkan uang
kepada sawi berdasarkan motivasi
agar sawi tetap berada di lingkaran
setan. Hutang yang tidak bisa dilunasi seringkali harus dibalas dengan jasa
yang sangat berlebihan.
Mata pencaharian
penduduk yang berlokasi di kawasan pantai biasanya tidak seluruhnya merupakan
nelayan.Sebagian lagi masih memiliki keterkaitan dengan nelayan, sedangkan
sebagian lagi berbeda dengan profesi nelayan.Kombinasi anatar kegiatan
kenelayanan dan kegiatan non kenelayanan dalam rumah tangga identik dikenal
dengan kegiatan multiple emplyoment/ pluri-activity.
Menurut Fuller dan
Brun (1990:149) multiple employment atau pluri-activity bisa dijabarkan sebagai
berbagai kegiatan dalam suatu rumah tangga nelayan yang mendukung penambahan
penghasilan dari usaha kenelayanan. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi :
1) Pekerjaan yang masih pada bidang kenelayanan, misalnya sebagai anak buah
perahu orang lain;
2) Kegiatan-kegiatan yang masih terkait dengan hasil kenelayanan seperti pemindangan
ikan, pembuatan ikan asin dan ikan asap dan lainlain;
3) Kegiatan-kegiatan lain yang non-kenelayanan tetapi masih terkait dengan
kenelayanan misalnya mengantar turis dengan perahunya, warung makanan, toko
kelontong;
4) Kegiatan-kegiatan yang sama sekali di luar kegiatan kenelayanan seperti
buruh bangunan, guru dan lain-lain.
Oleh karena
perjalanan historis yang telah diceritakan di atas yang menyebabkan budaya
mereka cenderung bukan budaya maritim, penduduk setempat tidak begitu kaya
pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan laut, hanya menggunakan teknologi
yang sederhana dan terbatas aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
laut.Apalagi menjadi prinsip umum di kalangan masyarakat di propinsi ini bahwa
laut bersifat open access.Laut tidak dimiliki oleh mereka, semua orang memiliki
kawasan laut, semua perahu boleh melintasi laut di wilayah Kelurahan Bahari.
Saat ini banyak
program pemberdayaan yang menklaim sebagai program yang berdasar kepada
keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom up), tapi ironisnya masyarakat tetap
saja tidak merasa memiliki akan program-program tersebut sehingga tidak aneh
banyak program yang hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti
bagi kehidupan masyarakat.
Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi
masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan
kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan
masyarakat itu sendiri. Memberdayakan masyarakat pesisir tidaklah seperti
memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena didalam habitat
pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya:
1. Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata
pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok
besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari
jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.
2. Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir
yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil
tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang
yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar
lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul
ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
3. Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang
paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka
dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka
tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya
mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan
dengan penghasilan yang minim.
4. Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok
masyarakat nelayan buruh.
C.
Nelayan
tradisional terpinggirkan
Sampai saat ini keberdaan nelayan tradisional semakin terpinggirkan
dengan banyaknya nelayan tangkap yang menggunakan kapal dan peralatan yang
lebih canggih. Hal seperti ini semakin parah karena tidak adanya
ketidakberpihakan pemerintah terhadap nelayan tradisional. Sandra berharap, ke
depan keadaan seperti ini, pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang
pasti untuk membela dan memberdayakan nelayan tradisional
ini. Masalah-masalah seperti, kurangnya bahan bakar bersubsidi untuk
nelayan tradisional bisa diselesaikan dengan bekerjasama dengan Dinas Perikanan
di setiap daerah kabupaten atau provinsi. Masalah lain yang dihadapi nelayan
tradisional adalah cuaca dan kerasnya kehidupan di laut. Mereka hanya nelayan
dan akan selamanya menjadi nelayan. Selain itu, nelayan kerap tertangkap polisi
laut negeri tetangga. Ini merupakan ketidaktahuan para nelayan tentang baas
laut Indonesia.
Sejak dahulu kala, di negeri
maritim Indonesia ini, Para pelaut menggantungkan hidupnya pada luasnya
samudera. Akan tetapi, bayangan tentang pelaut yang pulang dengan membawa
setumpuk hasil laut mampu membuat makmur keluarganya, semakin samar. Kehidupan
nelayan tradisional saat ini tidak hanya menghadapi tantangan dengan banyaknya
kapal ikan berukuran besar yang menggunakan alat tangkap canggih, namun nasib
mereka juga memprihatinkan akibat berkurangnya hasil tangkapan. Imbasnya adalah
kehidupan keluarga yang kian hari kian tidak menentu.
Dari penelitian ini
beberapa temuan pokoknya adalah sebagi berikut.
pertama, nelayan tradisional di daerah pantai yang berada di wilayah
perkotaan, ternyata karakteristik sosial ekonomi tidak berbeda dengan nelayan di
daerahpedesaan, yaitu umumnya berpendidikan rendah, sedikit memiliki ketrampilan
diluar sektor perikanan, miskin dan memiliki modal yang sedikit dalam
mengembangkan kegiatan disektor perikanan.
Kedua, tekanan struktural yang dialami oleh nelayan tradisional
diperkotaan, lebih banyak berkait dengan ketidakmampuan menghadapi nelayan yang
menggunakan teknologi modern.
Karena nelayan yang modern bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak,
karena daya jangkaun pencarian ikan lebih jauh, sementara nelayan tradisional terbatas
wilayahnya. Hal ini berakibat nelayan tradisional tidak memiliki posisi
tawar-menawar (bargaining position) dalam menentukan harga ikan.
Ketiga, kendala-kendala yang dialami oleh nelayan tradional untuk
meningkatkan
kesejahteraan hidupnya: (1) kondisi internal, yang dicirikan dengan
nelayan yang tidak mempunyai modal, teknologi dan ketrampilan untuk
meningkatkan nilai tambah pada hasil tangkapan ikannya; (2) kondisi eskternal,
yang dicirikan dengan munculnya nelayan-nelayan yang memiliki teknologi dan
modalnya yang besar, bahkan ada beberapa orang lain yang berasal dari luar
komunitas nelayan yang menguasai kehidupan para nelayan, dengan memiliki kapal besar
dengan teknologi yang lebih modern, sementara nelayan setempat hanya sebagai
buruh dari pemilik kapal tersebut.
Di sisi lain pemerintah kota tidak serius untuk meningkatkan
kesejahteraan para nelayan tradisional, misalnya tidak tersedia kredit lunak
bagi nelayan tradisional, dan minimnya pelatihan bagi nelayan tradisional untuk
pengembangan usaha di sektor perikanan.
D.
Ekonomi
Maritim Indonesia di Kuasai Asing
Salah satu potensi perekonomian maritim terbesar yang dimiliki Indonesia adalah sumber minyak bumi dan gas'
Sayangnya Indonesia belum bisa
memanfaatkannya secara maksimal. Ironisnya,sebagran besar sumber-sumber,energi tidak terbaharukan ini di kuasai pihak asing. Padahal sangat jelas,
Pasal 33 Ayat (3)LruD1945 menyebut "Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat"
. Alih-alih memakmurkan rakyat,
mem-bayar hutang negara pun tidak mampu.
Salah satu contoh sikap pemerintah yang pro terhadap kepentingan asing
adalah polemik blok Migas West Madura. Sekadar
informasi,mulanya saham West Madura dimiliki Pertamina (50 persen),Kodeco (25 persen), dan CNOOC (25 persen).
Sebulan menjelanghabisnya masa
kontrak, Kodeco mengalihkan sebagian
sahamnya ke PT Sinergindo
Cahaya Harapan dan CNOOC ke Pure Link Ltd,masing-masing sebesar L2,5 persen. Meski bukan Pemegang saham mayoritas, selama ini blok West Madura
dikelola Kodeco, perusahaan minyak
asal Korea Selatan.
Sikap pemerintah yang berpihak
pada kepentingan perusahaan asing terlihat dari beberapa kebijakannya. Pertama,
Pertamina sejak Mei 2008 telah lima kali meminta kepada pemerintah'agar blok
West Madura sepenuhnya dikelola BUMN. Sayang, hingga
kini pemerintah belum mengabulkan permintaan tersebut. Di sisi lain
proses pengalihan saharn dari Kodeco dan CNOOC ke PT Sinergindo Citra Harapan
(SCH) dan Pure Link Investment Ltd (PLI) hanya berlangsung dalam beberapa hari saja. Itupun tanpa
tender yang transparan.
Kedua, porsi saham Pertamina
diWest Madura adalah yang paling besar. Namun pada kenyataannya yang menjadi pengelola adalah Kodeco dengan kemampuan
produksi hanya berada pada level 13-14 ribu bph. Di sisi lain, Pertamina
menyatakan sanggup menyedot minyak di ladang itu hingga 30 ribu barel per hari.
Ketiga, potensi cadangan blok
tersebut menurut Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) cukup
besar, yaitu 22,22 juta barel minyak dan gas sebesar 219,8 BCFG. Jika
diasumsikan harga minyak mentah 100 dolar AS per barrel dan gas 4 dolar AS per
MMbtu, maka nilai potensi migas blok tersebut dapat mencapai Rp28 triliun.
Jika blok tersebut dapat diproduksi 30 ribu barel migas
perhari, cadangan tersebut baru habis selama
enam tahun. Setelah dipotongcost recoaery 10 dolar AS perbarel, kekayaan yang
dapat diraup sekitar Rp4 triliun pertahun. Menyerahkan pengelolaan kepada Kodeco,
Pertamina sebagai BUMN tidak mendapat keuntungans
ebagai operator.
Inilah ironi negara yang kaya
migas namun pengelolaannya justru didominasi pihak asing. Padahal Pertamina
sebagai satu-satunya BUMN di bidang migas memiliki kemampuan yang tak kalah hebatnya
dibanding perusahaan asing. Kondisi ini terjadi karena terpasung regulasi yang
kapitalistis, khususnya UU Migas No2212001,, Pertamina disejajarkan dengan
perusahaan-perusahan swasta termasuk asing. Dalam praktiknya bahkan cenderung dianaktirikan.
Alhasil kekayaan negara ini tidak dapat dikuasai dan dimanfaatkan secara
optimal untuk kepentingan rakyat.
Dari aspek sumber daya alam, Indonesia
merupakan negara kaya. Tanah subur
kaya mineral, lautan kaya
ikan, berbagai barang tambang strategis, minyak dan gas tertimbun di perut bumi
L:rdonesia. Namun jika dicermati satu-persaht intervensi dan penguasaan oleh asing masih begitu besar dalam
pemanfaatan sumberdaya alat tersebut.
Berdasarkan data Indonesia
Energy Statistic 2009, yang dikeluarkanKementerian ESDIvI, total cadangan
minyak Indonesia Mencapai 2998 MMSTB (million standard tanker barrel). Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara
penghasil minyak terbesar ke-29 di dunia. Sementara cadangan gas mencapai
159,63 TSCF (triliun standard cubic feet) atau terbesar ke-LL dunia.
Indonesia merupakan produsen
batu bara terbesar ke-15 dunia.Per 2009 cadangan batubara mencapai 126 miliar ton. Indonesiajuga kaya dengan
energi.panas bumi (geotermal) yang tersebar diberbagai penjuru nusantara,
potensinya mencapai 28,1 GW. Barang tambang seperti nikel, emas, perak, timah,
tembaga dan biji besi jugajumlahnya sangat melimpah. Bahkan Indonesia diketahui
memiliki kualitas nikel terbaik di
dunia.
Namun, kekayataan alam
tersebut justru lebih banyak dinikmati negara lain ketimbang penduduk
Indonesia. Berdasarkan Neraca Energi 2009 dari 346 juta barel minyak mentah
yang diproduksi di dalam negeri, 38 persen diekspor ke luar negeri. Ironisnya
pada saat yang sama Indonesia harus
mengimpor minyak mentah 129 juta BOE, atau 35 persen dari total produksi dalarn
negeri terjadi karena 85 persen produksi
minyak Indonesia dikuasai swasta termasuk asing. Di sisi lain, rakyat terus dibuat sengsara akibat harga minyak
dinaikkan agar sesuai dengan standar
intenasional.
Demikian pula dengan gas alam Indonesia.
Produksinya Dimonopoli swasta asing. Sebagian besar hasilnya dijual ke luar
negeri dengan kontrak-kontrak
jangka paniang. Dari total produksi 459 juta BOE(banel of oil equfualent) pada2009,
hampir 60 persen diekspor ke luar negeri yang terdiri dari gas alam (12 persen)
dan dalam bentuk LNG48 persen. Sisanya dibagi-bagi untuk industri (19 persen),
PLN (10persen) dan lain-lain.
Padahal dengan jumlah
tersebut, kebutuhan domestik sangat
tidak memadai. Seiumlah industri menjerit-jerit kekurangan pasokan gas. Hal
yang sama juga dialami PLN. Akibat kekurangan gas, PLN terpaksa menggunakan
minyak yang biaya produksinya jauh lebih mahal. Negeri ini amat kaya, namun
perut penduduknya kelaparan. Ibarat anak ayam mati di lumbung padi.
E.
Sistem
logistik nasional masih lemah
Sistem
logistik juga menjadi penentu utama daya saing yang membutuhkan pengiriman
cepat. Secara sederhana, keberhasilan dalam perdagangan global dapat tercapai
jika sebuah perusahaan memiliki kemampuan untuk bergerak melewati lintas batas
dengan cepat.
Kepala
Lembaga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim menjelaskan
biaya logistik Indonesia tertinggi di ASEAN yakni sebesar 25-30% dari Produk
Domestik Bruto (PDB). Padahal dengan kondisi geografi Indonesia, idealnya biaya
logistik tidak lebih 15% dari PDB.
Ketidakefisienan
sistem logistik nasional mengakibatkan daya saing produk domestik masih lemah.
Ini menjadi masalah krusial karena sistem operasi logistik yang kompetitif
merupakan kunci sukses dalam ekonomi global. Bahkan komoditas impor bisa jauh
lebih murah daripada produk lokal. Untuk menjembatani adanya tantangan
tersebut, Pemerintah mengeluarkan Perpres Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Cetak
Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas). Menteri Riset dan
Teknologi Kementerian Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan
rencana aksi sislognas berdasar pada enam kunci yakni komoditas penggerak
utama, pelaku dan penyedia jasa logistik, infrastruktur transportasi, teknologi
informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia dan regulasi. "Logistics
Performance Index (LPI) yang dilansir World Bank menunjukkan logistik kita
memprihatinkan dimana peringkat kinerjanya masih jauh berada di bawah
kebanyakan negara-negara lainnya," ungkapnya. Dalam acara yang digelar
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini, menristek berharap keberhasilan
dan implementasi sislognas akan berdampak pada efisiensi di bidang logistik
sehingga dapat memperbaiki daya saing ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Kepala LIPI
Lukman Hakim menjelaskan biaya logistik Indonesia tertinggi di ASEAN yakni
sebesar 25-30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal dengan kondisi
geografi Indonesia, idealnya biaya logistik tidak lebih 15 persen dari PDB. "Sistem
logistik nasional yang masih kurang baik terlihat dari biaya pengiriman yang
tinggi. Distribusi barang antar wilayah maupun antar pulau menjadi tantangan
tersendiri karena harga barang di Pulau Jawa lebih tinggi," ungkapnya.
Lukman
mencontohkan, harga beras di satu provinsi bisa mencapai 64 persen lebih tinggi
dibanding provinsi lainnya. Bahkan harga satu kantong semen di wilayah Papua
bisa 20 kali lipatnya. Menurutnya selain arus barang dan uang, aliran informasi
harus dikelola secara hati-hati karena merupakan pendukung dalam sistem
logistik nasional. Senada dengan itu, Kepala Bidang Mekatronik LIPI Estiko
Rijanto mengungkapkan teknologi juga perlu diperhitungkan dalam sislognas.
Misalnya saja sistem robotic di pelabuhan. Sistem teknologi pada robotic bisa
menciptakan sistem logistik lebih efisien dan efektif. "China sudah
memakai dan mengembangkan teknologi itu. Kita memang belum punya sistem
teknologi untuk logistik seperti itu, tapi bisa kita siapkan," ujarnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a)
Indonesia dikenal dengan negara Maritim dan yang
dimaksud dengan negara Maritim adalah Negara yang daerah teritorial lautnya
lebih luas daripada daerah teritorial daratnya dengan kata lain Negara Maritim
adalah negara yang menyandang predikat Negara Kepulauan. Kenapa Indonesia
disebut sebagai negara maritim hal ini dikarenakan Negara Indonesia merupakan
negara Kepualauan dan 2/3 wilayah Indonesia merupakan lautan dan 1/3 -nya
merupakan daerah daratan.
b)
Nelayan
adalah suatu fenomena sosial yang sampai saat ini masih merupakan tema yang
sangat menarik untuk didiskusikan.Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang
selalu muncul adalah masyarakat yang marjinal, miskin dan menjadi sasaran
eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun politik. Kemiskinan yang selalu
menjadi “trade mark” bagi nelayan dalam beberapa hal dapat dibenarkan dengan
beberapa fakta seperti kondisi pemukiman yang kumuh, tingkat pendapatan dan
pendidikan yang rendah, rentannya mereka
terhadap perubahan-perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang melanda, dan
ketidakberdayaan mereka terhadap intervensi pemodal, dan penguasa yang datang.
c)
Sampai saat ini keberdaan nelayan tradisional
semakin terpinggirkan dengan banyaknya nelayan tangkap yang menggunakan kapal
dan peralatan yang lebih canggih. Hal seperti ini semakin parah karena tidak
adanya ketidakberpihakan pemerintah terhadap nelayan tradisional.
d)
Salah
satu potensi perekonomian maritim terbesar yang dimiliki Indonesia adalah sumber minyak bumi dan gas. Sayangnya
Indonesia belum bisa memanfaatkannya secara maksimal. Ironisnya,sebagran besar sumber-sumber,energi tidak terbaharukan ini di kuasai pihak asing.
e)
Ketidakefisienan sistem logistik nasional
mengakibatkan daya saing produk domestik masih lemah. Ini menjadi masalah
krusial karena sistem operasi logistik yang kompetitif merupakan kunci sukses
dalam ekonomi global. Bahkan komoditas impor bisa jauh lebih murah daripada
produk lokal.
B.
Saran
Pembaca haruslah memahami isi didalam
pembahasan tersebut, sehingga dapat dijadikan acuan informasi dalam memberikan
informasi pada orang lain.
izin copy
BalasHapusmaterinya sesuai dengan yang saya butuhkan sebagai referensi.
BalasHapusIzin copy kak
BalasHapusIzin copy kak
BalasHapusThe Biggest & Most Popular Casino Slots | Dr.CMD
BalasHapusThe Biggest & Most Popular Casino Slots | 거제 출장샵 Dr.CMD. Dr.CMD. New York, NY, USA. 군포 출장샵 Game Description. Biggest 평택 출장마사지 and 평택 출장마사지 Most Popular Slot Games. Jackpot Slots, Video Poker, Slots. 성남 출장샵